Pulang Dari Pesta Seks
Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih. Aku bangkit berdiri dan melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat ini dengan sehelai handuk yang mereka berikan, sekaligus membersihkan selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma.
Aku tertegun melihat Girno sudah membawa sebuah roti hot dong yang panjang. Dengan nakal Girno melesakkan roti hot dog itu ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan memandangnya dengan memelas sekaligus penuh tanda tanya.
Tapi Girno hanya cengengesan sambil terus melesakkan roti itu sedalam dalamnya, sedangkan aku menggeliat perlahan ketika roti itu menbuat liang vaginaku terasa sesak. Lalu ia memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup ketat.
Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku.
Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah, bahkan hati kecilku seperti mengatakan aku suka dan rela diperkosa habis habisan seperti tadi.
“Non Eliza, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya”, kata Girno.
“Apa maksud bapak?”, tanyaku pura pura tak mengerti.
“Non tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis non di lain hari. Kebetulan, di minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3. Dan sejak tanggal 24 kan sekolah libur, maka kami ingin hari itu non Eliza datang ke sini, jam 7 malam, untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, non cukup melayani kami 2 jam saja”, jelas Girno.
Aku memandang Girno dengan perasaan yang campur aduk, menyadari aku akan jadi budak seksnya.
“Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu. Yang pasti non Eliza harus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Edy?” tambah Girno, dengan nada yang sangat mengintimidasi diriku.
“Benar Eliza. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari cari. Jadi sebaiknya kamu jangan macam macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kamu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu” kata pak Edy mendukung ucapan Girno.
Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah. Oh Tuhan, setelah menerima raport minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam lelaki yang ada di sekitarku ini. Dan aku tak bisa menolak sama sekali. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang.
Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke arah mobilku. Selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan diperkosa ramai ramai, roti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan wajar. Untungnya tak ada orang yang melihatku dalam keadaan seperti ini.
Kalau saja ada gerombolan lelaki yang melihatku dengan penampilan seperti ini dimana rambutku kusut masai menghiasi wajahku yang sayu kelelahan setelah ngeseks dua jam dengan enam lelaki, serta cara berjalanku yang terlihat menahan sakit, bisa bisa aku harus pasrah jadi obyek pesta seks lagi.
Akhirnya aku sampai ke dalam mobil. Sebenarnya aku ingin melepaskan roti yang sedang memperkosaku ini, tapi harus kuakui rasanya enak juga kalau vaginaku terganjal roti itu sepanjang perjalanan pulang nanti. Dan aku pikir lebih baik aku cepat pulang saja daripada aku harus mengalami kejadian yang tak kuinginkan.
Aku menyetir sampai ke rumah dengan selamat, sekitar pukul 22:30. Aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku.
Sejak aku menyetir tadi, aku terus memikirkan roti yang sedang asyik menancap di liang vaginaku. Rasa ngilu yang nikmat terus mendera liang vaginaku tak henti hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak kopling mobil, roti ini rasanya mengganjal dan menggesek dinding liang vaginaku.
Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku. Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, karena kamarku memang ada di lantai 2. Tiap anak tangga yang kudaki menambah siksaaan kenikmatan yang kurasakan pada liang vaginaku.
Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang ternyata sudah sedikit hancur, mungkin karena sudah terlalu lama menyerap campuran sperma para pemerkosaku dan tentunya cairan cintaku sendiri yang memang rasanya tak berhenti keluar sejak roti itu mengisi liang vaginaku.
Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat.
Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas orang orang yang tadi memperkosaku ramai ramai di UKS.