Senin, 31 Juli 2017

ELIZA04 : DIRUMAH JENNY PART06

Kisah Sedih Jenny

Maka selesailah penderitaan kami hari ini, mereka mempersilakan kami kembali ke ruang dalam, sementara mereka beristirahat sesaat, lalu meneruskan pekerjaan mereka yang tertunda. Aku dan Jenny berjalan masuk ke dalam dengan langkah yang tertatih tatih. Kami berdua sempat diam beberapa saat setelah berada di kamarnya Jenny, dan tiba tiba Jenny melihatku sambil menangis. “Eliza, kalau kamu mau memusuhi aku setelah ini, aku juga tak bisa apa apa. Aku hanya bisa berharap, kamu mau memaafkan aku ya”, kata Jenny diselingi isak tangisnya. Aku terharu dan memeluk sahabatku ini dengan iba, ketika aku baru menyadari tubuh kami berdua ini masih bugil sama sekali. Saat itu kedua puting susu kami sempat bersentuhan, dan harus aku akui rasanya nikmat juga.


Hal itu sedikit mengejutkanku, tapi aku tahu kami tak boleh macam macam. Nggak lucu kalau aku dan Jenny terlibat cinta sejenis, juga mungkin Jenny bisa marah bahkan jijik padaku. Maka aku berusaha memadamkan gairah yang sempat melandaku ini, dan aku pikir aku harus menghibur temanku ini. “Jeen, ini bukan salah kamu. Aku sendiri yang salah, sudah kamu beritahu untuk duduk di kamar, tapi aku malah keluar dan nyariin kamu. Malah tadi itu salahku juga sampai kamu ditodong pisau tadi. Terima kasih Jen, kamu benar benar mati matian membelaku tadi, aku nggak tahu mesti bilang apa… yang pastikita harus tabah ya Jen”, aku berkata dengan rasa haru teringat bagaimana tadi Jenny begitu tak rela melihatku jatuh ke tangan para buruhnya.



Aku merangkul Jenny yang langsung balas memelukku. Tangis Jenny makin tersedu sedu, dan aku membiarkan Jenny meluapkan emosinya dengan cara seperti itu. Setelah Jenny agak tenang, kami memutuskan untuk mandi bareng di bathub kamar mandi. Jam menunjukkan pukul enam sore, dan kami punya waktu sekitar setengah jam untuk mandi. Cukup lah, maka kami segera memasukkan busa ke bathub yang tadi sudah terisi penuh. Setelah itu kami berdua masuk ke bathub bersama sama. Sudah tak ada rasa canggung di antara kami, toh dari tadi kami sudah sama sama telanjang bulat saat dibantai di ruang belakang.


Aku merasakan hubungan kami berdua sekarang semakin dekat. Aku dan Jenny saling membilas tubuh kami, sambil aku mendengarkan Jenny menceritakan tentang bagaimana ia bisa jatuh ke tangan para buruh di rumahnya ini. Waktu di tengah liburan kenaikan kelas satu SMA ke kelas dua SMA di bulan Juli kemarin, Jenny dan Alex, mantan pacarnya, sedang di rumah ini sendirian. Kemudian Alex memaksa Jenny untuk awalnya hanya pegang pegang, lama lama meningkat menjadi remasan dan ciuman, sampai akhirnya mereka telanjang, dan bersetubuh dengan penuh kasih sayang. Saat itu si Supri yang mengambil minum di dispenser yang memang agak dekat dengan kamar Jenny, mendengar suara suara desahan dari kamar Jenny.



Kesalahan Jenny dan Alex, pintu kamar Jenny tidak dikunci. Maka Supri bisa mengintip dan mendapatkan Jenny sedang disetubuhi Alex. Dengan nafsu yang ditahan, Supri masuk ke dalam kamar Jenny. Dengan munafik Supri berkata kalau ia muak dengan tingkah laku Alex, lalu mengancam akan melaporkan Alex pada ortu Jenny. Hal itu membuat Jenny dan Alex ketakutan, dan Alex berkata kalau ia bersedia melakukan apa saja supaya Supri tidak melaporkan kejadian tadi pada orang tua Jenny. Maka Supri berkata pada Alex kalau ia tak mau melihat batang hidung Alex lagi di rumah ini. Jenny sampai merasa dadanya sesak karena jengkel sekali. Memangnya si Supri ini siapa? Tapi Jenny sadar juga kalau Supri sudah memegang kartu truf. Dan sejak saat itu, Alex terpaksa mengalah dan tak berani muncul di rumahnya Jenny. Tentang Jenny sendiri, setelah Alex pulang, maka Supri menunjukkan belangnya. Supri mengancam Jenny kalau sampai berani mengajak pacarnya ke rumah ini lagi, Supri pasti akan melaporkan ke papanya. Dan selain itu, Jenny harus mau melayani Supri jika situasi memang memungkinkan seperti sekarang, yaitu tak ada siapa siapa di rumah selain Jenny dan Supri serta empat buruh yang lain.



Tak berdaya menolak, Jenny yang memang sudah tak perawan terpaksa melayani Supri yang langsung membawa Jenny ke ruang produksi di belakang rumah, di situ ia melayani hasrat para buruhnya ini. Pertama kalinya Jenny sempat pingsan berulang kali, dibantai Supri dan Umar yang ukuran penisnya besar sekali. Dan butuh sampai dua hari baru Jenny mampu beradaptasi dan cukup kuat untuk melayani mereka. “Eliza.. kamu hebat ya.. bisa tahan digencet Supri dan Umar.. mereka itulah yang membuat aku pingsan pingsan waktu dulu pertama kali menjadi budak seks mereka”, Jenny sempat sempatnya memujiku dan membuatku menunduk malu, dapat pujian kok tentang ketahananku saat disetubuhi.


Jenny melanjutkan ceritanya, bahwa sejak saat itulah, Jenny menjadi budak seks mereka. Sering Jenny melakukan quicky sex dengan mereka berlima sepulang sekolah. Alex akhirnya putus dengan Jenny, karena ia tak tahan juga tak diperbolehkan oleh Jenny untuk datang ke rumah Jenny lagi. Jenny kembali menangis sedih mengakhiri ceritanya, dan Jenny merasa menyesal sekali harus putus dengan Alex, lelaki pertama dalam hidupnya, yang juga sudah mengambil keperawanannya, walaupun Jenny memang rela memberikannya untuk Alex. Aku memeluk Jenny dengan terharu, ikut menangis bersama Jenny merasakan kesedihan yang dalam dari sahabat baikku ini. “Eh Eliza, kok kamu bisa berkata tidak perawan lagi waktu bilang mau melayani mereka semua? Itu tadi hanya akal akalanmu kan supaya aku tak terlalu merasa bersalah?



Aku tahu kamu itu cewek baik baik, kamu nggak mungkin pernah berbuat macam macam. Kamu baik sekali Eliza, kamu masih bisa bisanya coba meringankan bebanku waktu kamu sendiri sedang ada dalam masalah… makasih Eliza, maafin aku ya”, tiba tiba Jenny berkata panjang lebar. Aku kembali terharu, aku menggelengkan kepala, dan menceritakan semuanya, dari mulai aku dijebak Girno cs di ruang UKS hingga keperawananku terenggut oleh mereka, kemudian bahkan sejak keesokan harinya, aku memulai kehidupan sebagai budak seks dari dua pembantu dan sopirku di rumahku sendiri.


Jenny seperti tak percaya ketika mendengarkan semuanya, lalu memelukku erat, kami kembali saling bertangisan seolah hendak mengatakan kita berdua ini senasib. Dan seiring berakhirnya ceritaku, kami juga sudah selesai mandi. Setelah saling mengeringkan tubuh dan rambut kami, aku dan Jenny sama sama memakai baju tidur satin yang nyaman, dan kini kami berdua sudah terlihat segar. Kami keluar kamar menjumpai ortu Jenny yang sudah pulang, dan kami makan bersama seolah tak terjadi sesuatu, padahal tubuh kami rasanya remuk.



Hari yang melelahkan ini membuat aku dan Jenny jadi ingin tidur lebih cepat, mengistirahatkan tubuh kami yang sudah dipakai para buruh ini. Maka selesai makan kami segera menyikat gigi dan masuk ke kamar, tiduran di ranjang yang empuk. Kami mengobrol tentang banyak hal, tanpa menyinggung kejadian buruk yang baru menimpa kami, sampai akhirnya kami tertidur. Entah apa lagi permainan sex yang harus kami berdua alami bersama di kemudian hari, yang jelas kami harus beristirahat sekarang ini.

PART 04 END