Namaku Eliza. Cerita ini terjadi saat usiaku masih 17 tahun. Waktu itu, aku masih duduk di kelas 2 SMA swasta yang amat terkenal di Surabaya. Sekilas tentang diriku, aku seorang gadis Chinese dengan tinggi badan 157 cm dan berat 45 kg. Rambutku hitam panjang sepunggung. Kata orang orang, wajahku cantik dan bentuk tubuhku sangat ideal. Namun entah apa aku harus bersyukur atau menyesalinya. Mungkin karena inilah aku mengalami malapetaka di hari Sabtu, tanggal 18 Desember 2004.
Seminggu setelah perayaan ultahku yang ke 17 ini, dimana aku
akhirnya mendapatkan SIM karena sudah cukup umur, maka aku ke sekolah dengan
mengendarai mobilku sendiri, mobil hadiah ultahku. Sepulang sekolah, jam
menunjukkan waktu 18:30. Aku sekolah siang, jadi pulangnya sampai begitu malam.
Dan saat itu tiba tiba aku merasa perutku sakit dan mulas, jadi aku memutuskan
buang air di WC sekolah.
Karena aku bawa mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang
air di WC sekolah, tanpa harus kuatir merasa sungkan dengan adanya seorang
sopir yang menungguku. Yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus
bolak balik ke WC sampai 5 kali. Mungkin setelah tak ada lagi yang bisa
dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air.
Namun perutku masih terasa mulas. Maka aku memutuskan untuk
mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak putih. Aku masuk ke ruang UKS,
menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu
mencari cari minyak putih di kotak obat. Setelah ketemu, aku membuka kancing
baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu
untuk meredakan rasa sakit perutku.
Aku amat terkejut ketika tiba tiba pintu ruang UKS ini
terbuka, dan ternyata yang membuka adalah tukang sapu di sekolahku yang bernama
Hadi. Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap melihat
dia menyeringai, dan aku menyadari 3 kancing baju seragamku dari bawah terbuka,
memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini padanya.
Belum sempat aku berpikir tentang apa yang harus aku
lakukan, Hadi sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke
belakang punggungku dengan tangan kanannya, dan ia segera membekap mulutku erat
erat dengan tangan kirinya.
“Eeemph… eeemph…”, aku meronta ronta, dan berusaha menjerit.
Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku
dengan tangan kiriku yang masih bebas. Namun apa arti tenaga seorang gadis yang
mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Hadi ini?
Aku benar benar dalam keadaan tak berdaya.
Mataku terbelalak ketika masuk lagi seorang tukang sapu yang
lain, yang bernama bernama Yoyok.
“Girnooo”, Yoyok melongok keluar pintu dan berteriak memanggil
satpam di sekolahku.
Aku sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari
cengkeraman Hadi. Tapi ternyata Yoyok yang mendekati kami bukannya menolongku,
malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara
tangan kirinya mulai meremasi payudaraku. Kembali aku berusaha meronta.
“Wah baru kali ini ada kesempatan pegang pegang susu amoy..
ini non Eliza yang sering kamu bilang itu kan Had?” tanya Yoyok pada Hadi.
“Iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?” kata
Hadi.
Sambil tertawa Yoyok makin keras meremasi kedua payudaraku.
Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta mencoba melepaskan diri, sambil
berharap semoga Girno yang sering mendapat uang tips dariku untuk kesediaannya
mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka
berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini.
Tapi aku langsung sadar kalau aku dalam bahaya besar. Yang
memanggil Girno tadi itu kan Yoyok. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak
pada Girno yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri
pandang padaku. Ataukah… ?
Beberapa saat kemudian Girno datang, dan melihatku
diperlakukan seperti itu, Girno malah menyeringai dan aku merasa mimpi burukku
akan segera menjadi kenyatan.
“Dengar, kalian jangan gegabah… non Eliza ini kita ikat dulu
di ranjang UKS ini. Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong.
Itulah saatnya kita berpesta kawan kawan!”, kata Girno.
Maka lemaslah tubuhku setelah aku tahu Girno ada di pihak
mereka. Dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Kedua
tangan dan kakiku sudah direntangkan, dan diikat erat pada sudut sudut ranjang
ini. Berikutnya, dua kancing bajuku yang belum lepas, dilepaskan oleh Hadi,
hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna pink yang
menutupi payudaraku.
“Pak Girno.. tolong jangan begini pak..”, aku memohon dan
rasa putus asa mulai menghinggapiku.
Ratapanku ini dibalas ciuman Girno pada bibirku. Ia melumat
bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia
menyumpal mulutku supaya aku tak bisa berteriak minta tolong.
“Non Eliza, tenang saja. Nanti juga non bakalan merasakan
surga dunia kok”, kata Girno sambil tersenyum memuakkan.
Kemudian Girno memerintahkan mereka semua untuk kembali
melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS
sialan ini. Girno kembali ke posnya, Hadi dan Yoyok berkata mau meneruskan
pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu. Dan kini aku
yang ditinggal sendiri hanya bisa pasrah menunggu nasib.
Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan
terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan yang aku dengar, aku mengerti
mereka pasti akan memperkosaku ramai ramai. Sakit perutku sudah hilang berkat
khasiat minyak putih tadi, tapi aku sama sekali tidak sedang bahagia.